Senin, 11 Mei 2015

penulisan komunikasi bisnis

ovita rizqi nurmareti (55212616) 2df01

KIAT MEMPELAJARI KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
Keterampilan berkomunikasi bukan merupakan kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak akan muncul secara tiba-tiba saat kita memerlukannya. Keterampilan tersebut harus kita pelajari atau latih. Seperti keterampilan-keterampilan lainnya, keterampilan berkomunikasi ini dapat kita pelajari mengikuti kiat-kiat sebagai berikut (Johnson, 1981)  :
  • Pertama, kita harus menyadari mengapa keterampilan berkomunikasi ini penting kita kuasai dan apa manfaatnya bagi kita.
  • Kedua, kita harus memahami arti keterampilan berkomunikasi dan bentuk-bentuk perilaku komponennya yang perlu kita kuasai untuk mewujudkan keterampilan itu. 
  • Ketiga, kita harus rajin mencari atau menemukan situasi-situasi dimana kita dapat mempraktikkan keterampilan tersebut.
  • Keempat, kita tidak boleh segan atau malu meminta bantuan orang lain untuk memantau usaha kita serta memberikan penilaian tentang kemajuan yang sudah kita capai maupun kekurangan yang masih kita miliki. 
  • Kelima, kita tidak boleh bosan belajar atau berlatih. Keterampilan berkomunikasi tersebut harus kita praktikkan terus-menerus. 
  • Keenam, keseluruhan latiha tersebut harus kita bagi dalam satuan-satuan atau bagian-bagian tertentu, agar setiap kali dapat kita rasakan keberhasilan usaha kita. Misalnya, berlatih membangun sikap percaya, mengungkapkan pikiran secara jelas, mendengarkan, dan sebagainya.
  • Ketujuh, akan sangat menolong bila kita dapat menemukan teman yang dapat kita ajak sebagai lawan berlatih.
  • Kedelapan, keterampilan berkomunikasi dengan seluruh komponen atau bagiannya tersebut harus terus-menerus kita latih dan praktikkan, sampai akhirnya menjadi bagian dari diri kita.
Seluruh langkah dalam kiat-kiat diatas dapat dilakukan dalam kerangka metode belajar yang disebut experiential learning atau belajar melalui pengalaman (Johnson, 1981). Metode belajar yang oleh banyak ahli dipandang paling efektif belajar dibidang afektif, termasuk mempelajari keterampilan berkomunikasi ini, meliputi empat tahap (Johnson, 1981). 
Tahap pertama, kita mencari kesempatan untuk mendapatkan pengalaman pribadi konkret berkaitan dengan hal yang ingin kita pelajari. Misalnya, kita ingin belajar mengungkapkan perasaan secara jelas dan tepat, kita ajak seorang teman untuk berkomunikasi dengan focus saling mengungkapkan perasaan. 
Tahap kedua, kita lakukan refleksi, observasi atau pemeriksaan atas pengalaman pribadi yang baru kita peroleh. Apa saja yang kita alami, kita rasakan selama menjalani pengalaman konkret tersebut. 
Tahap ketiga, dari hasil refleksi tersebut kita dapat merumuskan prinsip-prinsip, menemukan konsep-konsep. Misalnya, ungkapan perasaan menjadi mudah ditangkap lawan komunikasi dengan cara menyebutkan nama perasaaan itu. Tentu saja hal itu menuntut keberanian.
Tahap keempat, membuat kesimpulan-kesimpulan pribadi untuk dipraktikkan. Kadang-kadang kesimpulan ini masih berupa hipotesis. Benar atau tidaknya dapat dibuktikan dengan mempraktikkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar